The Fireflies

lentera kecil yang berpendar di luasnya dunia


Kampung Naga berlokasi diantara dua kota besar, Tasikmalaya dan Garut. Berada sekitar 30-40 km dari kedua kota dengan luas wilayah hanya 1,5 ha, dan penduduk hanya sejumlah ratusan jiwa ini merupakan salah satu perkampungan yang masyarakatnya memegang teguh adat dari nenek moyang mereka. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang diatur dalam suasana bersahaja dan lingkungan dengan kearifan lokal yang kuat.
Kampung ini berada di dasar lembah yang dikelilingi barisan hutan lebat, hamparan sawah, dan Sungai Ciwulan. Untuk bisa mencapai kampung Naga maka harus melewati sengked sebanyak 365 anak tangga. Rumah-rumah warga berada di tepian lereng berkemiringan 30º dengan bentuk seperti rumah panggung berukuran 5 m x 6 m dengan beratapkan ijuk, oleh warga atap tersebut dinamakan julang ngapek, terbuat dari campuran lapisan ijuk dan daun tepus, atap tersebut bisa bertahan selama 15 tahun.
Lebih uniknya jumlah rumah yang ada selalu dipertahankan berjumlah 118 bangunan, tidak boleh kurang atau lebih. Dari 118 tersebut, 108 merupakan rumah penduduk, sisanya adalah masjid, ruang pertemuan, dan sebuah rumah agung yang bebas penghuni.
Pemimpin adat tertinggi di Kampung Naga disebut kuncen, ia menentukan aturan membangun rumah, batas wilayah, juga upacara adat. Beberapa upacara adat penting yang dilakukan masyarakat adalah Upacara Menyepi, Upacara Hajat Sasih, dan Upacara Perkawinan.
Di Kampung Naga ada aturan yang mengikat masyarakatnya. Salah satunya adalah pamali memasuki hutan di sisi kaampung. Di hutan sebelah barat ada makam leluhur yang hanya boleh dimasuki pemimpin-pemimpin adat pada saat upacara. Sedangkan hutan di sebelah timur bersebrangan dengan sungai Ciwulan dan tidak boleh tersentuh sama sekali. Mereka menyebutnya sebagai hutan larangan dan berfungsi sebagai hutan lindung.
Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani sayuran, padi, dan tanaman-tanaman lain, sementara sebagian lainnya bekerja sebagai perajin barang-barang kerajinan berbahan alam seperti bambu.
Masyarakat Kampung Naga juga sangat menjaga proporsi pemanfaaatan dan pembagian lahan. Mereka mengatur dengan baik luas lahan untuk perumahan, pekarangan, kolam, juga lahan pertanian. Hal ini dilakukan untuk menjaga ekosistem yang ada. Seperti itulah Kampung Naga yang selalu hidup selaras dengan alam dan menjaga kearifan lokal.


Sumber : majalah penyuluhan sosial “sinar”  edisi 146

0 comments:

Posting Komentar

Silahkan berikan kritik dan saran anda :)

About Me

Foto saya
Semua orang datang dan pergi silih berganti. Ada yang mengajarkan sebuah pelajaran dan ada juga yang hanya meninggalkan kenangan. So i know the value of things, not the price, because everything is priceless.

Pengikut