Tanpa
pernah melihat sendiri seperti apa wujudnya tempat indah yang disebut surga,
namun bagi setiap orang yang mau membuka hatinya saat menyaksikan keindahan dan
keagungan ciptaan Tuhan maka mereka akan berfikir bahwa keindahan yang
terhampar dihadapan matanya merupakan potongan taman surga yang telah Tuhan
bentangkan di sisi-sisi dunia untuk menjadikannya indah dipandang mata.
Pemandangan di salah satu sudut Puncak Prau |
Dan salah
satu potongan keindahan itu telah dihamparkan di sebuah tempat yang dikenal
sebagai negeri para Dewa karena
letaknya yang berada di atas lautan awan seperti layaknya sebuah khayangan. Terhampar di ketinggian rata-rata
2000 mdpl, Pegunungan Dieng menyimpan banyak kekayaan panorama alam yang
memikat dan mampu memanjakan mata. Sebuah suguhan eksotis untuk mereka yang
senang mencari kepuasan dengan menikmati karya besar Tuhan. Sebuah maha karya
dari seniman sejati tentu keindahannya tidak akan pernah lekang oleh waktu,
terkecuali bila ada tangan-tangan jahil manusia yang memang sengaja berbuat
kerusakan pada keindahan itu. Karena beberapa orang yang katanya mengaku
sebagai pecinta alam pun kadang masih belum bijaksana dalam memperlakukan alam.
Masih banyak pendaki yang suka meninggalkan sampah mereka di atas gunung (mungkinkah
mereka ingin membuat gunung sampah??). Ada juga yang doyan melakukan vandalisme di pohon, batu atau fasilitas
umum seolah coretan-coretannya sudah seindah sapuan kuas da Vinci atau Picasso.
Dan tentu masih banyak hal kurang pantas (dan benar-benar tidak pantas) lainnya
yang kadang masih dilakukan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Yahh meskipun
begitu jelas masih banyak pecinta alam sejati yang melakukan pendakian untuk
melestarikan alam dan bukan merusak.
“look deep into nature
and u’ll understand everything better”
Kata-kata
itu rasanya memang sangat tepat. Setelah beberapa hari yang lalu aku dan
teman-teman melakukan pendakian ke Gunung Prau, sepertinya aku menemukan
beberapa sudut pandang baru yang selama ini belum aku lihat. Beberapa hal memang
menjadi nampak sangat berbeda ketika ia dilihat dari sudut yang berbeda. Dan beberapa
hal yang awalnya biasa saja bisa berubah menjadi begitu luar biasa ketika ia
ditempatkan pada posisi yang berbeda. Adalah sesuatu yang biasa melihat teman
saling menolong, tetapi itu menjadi luar biasa ketika tetap dilakukan pada saat
semua dalam keadaan yang sama sulitnya. Bertemu dengan orang tidak dikenal di jalan
atau pusat perbelanjaan belum tentu membuat kita menyapa mereka apalagi sampai
mendukungnya, tapi ketika berada di gunung kita mendorong siapa saja yang kita
temui karena kita sama-sama tahu seberapa jauh jarak yang harus ditempuh
bersama beban berat yang dipikul kedua pundak. Sebagian besar dari kita mungkin
sudah biasa melihat air dan makanan yang berlimpah di rumah, dan mungkin tidak
jarang juga membuang rejeki di piring karena mulut tak lagi mampu mengunyah. Tapi
ketika sampai di gunung kita begitu sadar bahwa makanan dan minuman itu begitu
berharga, begitu sadar bahwa air bersih akan habis pada saatnya, dan juga sadar
bahwa hidup bukan melulu soal mengisi perut, toh makan cuma sedikitpun nyatanya
mampu membuat kita bertahan.
Jadi betapa
alam itu tidak hanya indah, ia juga begitu kaya karena bisa memberi banyak pada
kita tanpa diminta, ntah itu materi atau pun pelajaran hidup. Dari dulu aku
memang sudah menyukai hal-hal yang berhubungan dengan alam, tapi ketika
akhirnya merasakan bagaimana benar-benar menyatu dengan alam maka perasaan itu
bertumbuh semakin kuat. Bersyukur sekali karena kesan positiflah yang melekat
kuat setelah perjalanan pendakian. Rasa lelah, pegal, tubuh tidak nyaman atau
mungkin kulit yang menghitam karena panas menurutku cuma resiko kecil yang semuanya
terbayar dengan indahnya pemandangan dan kepuasan ketika berhasil mencapai
puncak seolah berhasil mengalahkan tantangan.
Memang benar
bahwa pengalaman itu mahal harganya, dan selalu ada kata “untuk pertama
kalinya” bagi setiap hal. Termasuk untuk pertama kalinya kita melakukan sebuah
perjalanan ke tempat baru yang masih asing bagi kita. Dan menurutku semakin
asing dan tidak biasa tempat itu maka akan semakin banyak juga pelajaran yang
kita dapat (kalau kita mau membuka mata, hati dan pikiran). Semakin jauh kita
melangkah maka semestinya semakin banyak juga kita belajar, karena setiap perjalanan
adalah sebuah proses pembelajaran yang sesungguhnya. Membuka hati pada
lingkungan sekitar akan membuat setiap perjalanan yang kita tempuh menjadi
lebih bermakna dan tidak kosong. Apalagi jika perjalanan itu adalah untuk
berinteraksi dengan alam. Ada kalanya kita memang perlu menyatukan diri dengan
alam, menyaksikan keagungan Tuhan dan memberi kesempatan pada tubuh kita untuk
memperbaiki diri dan mengembalikan kondisinya ke tingkatan yang terbaik, karena
alam merupakan penyembuh dan penyalur energi positif yang sangat baik.
Energi positif mengalir dari alam yang indah dan sahabat disekeliling kita |
Jadi jika
kamu punya kesempatan untuk sejenak melepas penat kenapa tidak kamu ambil
kesempatan itu? Tinggalkan sejenak keramaian dan polusi yang sedikit demi
sedikit membuatmu terlihat lebih tua dari usiamu. Siapkan perbekalanmu dan
pergilah berlibur ke tempat-tempat yang indah, entah ke gunung, pantai, hutan
atau kemanapun kakimu selama ini ingin melangkah. Biarkan alam yang bekerja mengatur
ulang tubuhmu menuju performa terbaiknya. Tidak perlu bertingkah seolah kamu
akan hidup selamanya sehingga bisa terus menunda perjalananmu untuk besok atau
lusa. Dan karena surga yang sebenarnya masih berada jauh di atas sana maka
kenapa tidak kita sempatkan diri menghampiri little pieces of heaven yang telah Tuhan bentangkan di sisi-sisi
dunia. Dan bukankah menjaga dan menikmati ciptaan Tuhan juga merupakan bentuk
syukur dan menghargai karuniaNya? Dan barang kali saja di balik “dinding dan pintu
mu” itu ada seseorang yang selalu berharap kamu punya waktu untuk dinikmati
bersama?
“tanpa bersyukur bahagia itu bukan lah apa-apa”
0 comments:
Posting Komentar
Silahkan berikan kritik dan saran anda :)